Minggu, 12 Agustus 2012

BAHAGIA

ketika kita memutuskan sesuatu hal, mungkin saja kita bisa kembali kesuatu situasi yang sama atau mungkin akan terkunci untuk selamanya.saat aku meyakini suatu hal, aku bukanlah orang yang dengan mudah melepaskan apa yang sudah aku genggam karena aku bukan orang yang bodoh untuk menggenggam pasir.
tapi kenapa segala kesalahan menjadi suatu takaran dalam menilai aku.

semuanya berawal dari kegilaan dan segala kebodohan yang mungkin terlalu singkat dan malah menjadi senjata untuk menusuk jantungku. dan aku tidak pernah bisa menjelaskan dan aku selalu kalah.

rasa sakit dengan segala tuduhan hari ini hingga detik ini, masih sangat terasa sakit. sedikitpun aku tidak pernah mencoba dengan yang ku sebut teman. tapi kenapa begitu hebatnya cacian yang datang dihadapanku dan semuanya seolah percaya bahkan saat ini aku terlihat seorang yang begitu hebatnya mempermainkan hati.tapi aku terlanjur terlihat salah dan aku terlihat sangat bodoh ketika semuanya hanya ku jawab dengan diam.

dia tidak pernah tahu bagaimana aku melihatnya dan mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana aku sangat menghargainya. di saat sayatan yang selalu digoreskan, dia tidak akan pernah tahu, bagaimana aku coba untuk menahan.

aku diam dengan segala rasa sakit.. 
dan aku sangat merasa kebahagiaanku seperti gelas yang menumpahkan airnya hingga tidak menyisakan sedikitpun kebahagiaan untukku.

aku sudah lelah bagaimana aku mencari kebahagiaan itu lagi, ini benar-benar seperti pecahan gelas yang berserakan sehingga kebahagiaan itu sudah tidak memiliki tempat lagi.

cukup sudah membuatku terlalu sakit dengan caramu karena yang aku ingin dan aku cari bagaimana merasakan lagi kata bahagia.



"...bahagia itu mudah dan sederhanadan akan terasa saat kau menerima segala kekurangandan berusaha membuat segala keadaan menjadi suatu hadiah yang indah tiap harinya..." 



Minggu, 03 Juni 2012

INDAHNYA JAGA 24 JAM

lagi-lagi jaga membuat hari-hariku semakin suram dan mencengkam. menghabiskan waktu dirumah sakit, rasanya umur terbuang sia-sia. kehidupan gag normal seperti orang lain yang bisa bermalam minggu... hahahaha

tapi, apapun itu yang aku jalani saat ini walau rasanya udah ubanan dirumah sakit, bahkan merasa bau badan pun udah aroma rumah sakit. aku yakin ini ada manfaatnya.

sebenarnya sih, jaga itu asyik gag berat-berat amat sih. tapi nahan rasa ngantuk itu loh.. GAG NAHAN T.T (tapi kalo nonton full 24 jam, rasa ngantuk ntah hilang kemana. ajaiiibbbbb....).

jadi ingat waktu pertama kali jaga 24 jam, tepatnya hari rabu kemarin. gag ngerti lah.. itu ulah para resident (para dokter yang lagi pendidikan buat jadi dokter spesialis) terhomat ato memang di format para supervisor  (para dokter spesialis) seperti itu. lagi enaknya menikmati duduk-duduk bengong sambil nunggu pasien matiin lampu sebagai tanda mereka udah go ke dunia mimpi dan sebagaian teman koas lainnya udah baring-baring diatas kursi mau tidur.

tiba-tiba lampu dikamar pasien mati dan beriringan dengan sebuah kejutan "ADIK-ADIK KOASS ( yang mau jadi dokter,insyallah )... KITA BIMBINGAN DI KAMAR JAGA DOKTER". semua terperanjat, diam dan suasana hening sejenak dan semua mata tertuju ke jam dinding. ya itulah dia... sodara-sodara waktu menunjukan jam setengah dua belas malam (baca: TENGAH MALAM. waktu para kuntilanak gentayangan -__- hubungannya?!??)




ngantuk..ngantuk.. tapi harus dipaksa memaksa mata ini terbelalak sebesar-besarnya.
dan belajarpun dimulai dikamar jaga dokter itu. didepan para resident memulai pembicaraannya "pilih bahas apa?? Ketuban pecah dini atau post partum hemorragic??" lalu seorang koas menjawab "post partum hemorragic aja bang!" (sementara aku didalam hati memilih "gag ada pilihan lanjutin tidur aja ya bang ?? ).

kurang lebih dua jam kemudian penyiksaan selesai.. kami diperbolehka kembali keruangan. itupun karena ada pasien yang gawat kalo gag.. pasti sampai mentari datang menyapa hahaha (baca: nangis darah kalo kejadian!!)

tapi..eh tapi... walu belajar seperti itu.. aku tetap dapat ilmu walau loading aku lama hahaha karena mata udah gag bisa diajak kompromi. paling tidak aku udah ngerti apa itu POST PARTUM HEMORRAGIC. salut buat abang-abang resident waktu itu.

aku yakin mereka juga ngantuk, capek. mungkin lebih capek dari kami... karena mereka harus operasi, harus periksa pasien ini itu.. sementara kami cuma disuruh jaga pasien yang kondisinya udah gag parah-parah amat. tapi, mereka tetap mau berbagi ilmu buat kami. ya... tapi waktunya itu .. gag nahan.

ya... ya... aku yakin mereka bukan kejam tapi mereka peduli terhadap masa depan kami.



Rabu, 09 Mei 2012

DEVIASI SEPTUM


DEVIASI sEPTUM


  
Disusun Oleh :
Rahayu Suci Lestari
0610070100027

  
Pembimbing :
dr.Magdalena Hutagalung, Sp. THT-KL



SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN     TENGGOROKaN
RSU dr. Pirngadi Medan
Universitas Baiturrahmah
2012

BAB I
PENDAHULUAN

            Hidung merupakan organ terpenting yang mendapat perhatian dari biasanya karena merupakan suatu organ perlindungan tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Pada era dimana kita semakin banyak penelitian dan publikasi ilmiah didedikasikan terhadap bahaya kerja dan polutan udara, suatu pemahaman mendasar mengenai anatomi dan fisiologi hidung adalah penting. Hidung mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
·         Sebagai indra penghidu.
·         Menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru-paru.
·         Mempengaruhi refleks tertentu pada paru-paru.
·         Memodifikasi bicara.
·         Memberikan tambahan resonansi pada suara.
·         Merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata.

Hidung terdiri dari dua bagian tulang yaitu:
1.      Tulang
a)      Parspendicularis os etmoidalis (bagian atas)
b)      Os vomer (bagian bawah)
2.      Cartilago
·         Cartilago septi nasi/ cartilago quadrangularis
septum nasi adalah dinding vertical yang membagi hidung menjadi dua bagaian. Bentuk septum nasi normal adalah lurus ditengah rongga hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lueus sempurna di garis tengah. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu pada satu sisi hidung sehingga fungsi dari hidung itu sendiri akan terganggu.(1,2)

            Trauma merupakan penyebab terbanyak pada deviasi septum ini, trauma bisa saja dialami sesudah lahir, selama partus dan masa janin intrauterine, ketidakseimbangan pertumbuhan tulang rawan septum nasi yang terus tumbuh dapat pula menyebabkan deviasi septum nasi dimana pada saat bersamaan batas atas dan bawah septum nasi ini akan tertutup.(1,2)
            Bentuk normal septum adalah lurus ditengah rongga hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, tetapi bila deviasi itu cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.(2)

BAB II
ANATOMI HIDUNG
HIDUNG LUAR
           
            Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas kebawah:
a)      Pangkal hidung (bridge)
b)      Dorsum nasi
c)      Puncak hidung
d)     Ala nasi
e)      Kolumela
f)       Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi diantara pipi dengan bibir atas.
Struktur luar hidung dapat dibedakan atas tiga bagian:
a)      Paling atas : kubah tulang, yang tidak dapat digerakkan.
b)      Dibawahnya : terdapat kubah kartilago yang dapat sedikit digerakan.
c)      Paling bawah : terdapat lobulus hidung yang mudah digerakkan.

Belahan bawah apertura piriformis hanya kerangka saja, memisahkan hidung luar
dengan hidung dalam. Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina perpendikularis tulang etmoidalis. Spina nasalis anterior, dapat pula dianggap sebagian dari hidung luar. Bagian berikutnya, yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakan, dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah serta berfusi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar atau lobulus hidung, dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior. Lobulus menutup vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, dilateral oleh ala nasi dan anterosuperior oleh ujung hidung. Mobilitas lobulus hidung penting untuk ekspresi wajah, gerakan mengendus dan bersin.(1,2)
            Otot ekspresi wajah yang terletak subkutan diatas tulang hidung, pipi anterior dan bibir atas menjamin mobilitas lobulus. Jaringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong hidung luar. Struktur tersempit dari seluruh saluran pernafasan atas adalah pada limen nasi atau os internum.(1,2)

HIDUNG DALAM
            Kerangka tulang terdiri dari:
a)      Tulang hidung (os nasalis)
b)      Prosesus frontalis os maksila
c)      Prosesus nasalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung, yaitu:
a)      Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.
b)      Sepasang kartilago nasalis lateralis superior inferior yang disebut kartilago ala mayor
c)      Beberapa pasang kartilago ala minor
d)     Tepi anterior kartilago septum.(1,2)

Hidung bagian dalam terbentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung  dari nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung. Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulangnya adalah:
a)      Lamina perpendikularis
b)      Os etmoid
c)      Vomer
d)     Krista nasalis os maksila
e)      Krista nasalis os palatina.


Bagian tulang rawan adalah :
a)      Kartilago septum (lamina kuadrangularis)
b)      Kolumela.(1,2)

Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depat disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Tiap kavum nasi mempunyai empat dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi. Pada dinding lateral hidung terdapt empat buah konka dengan rongga hidung yang tidak teratur diantaranya konka superior, media, inferior, sedangkan yang terkecil disebut konka superema. Yang biasanya rudimeter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila labirin etmoid. Sedangkan konka media, superior, dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Sementara kerangka tulang nampaknya menentukan diameteryang pasti dari rongga udara, struktur jaringan lunak yang menutupi dalam cendrung bervariasi tebalnya, juga mengubah resistensi dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi. Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa, perubahan badan vaskuler yang dapat mengembang pada konka dan septum atas dan dari krusta dan deposit atau sekret mukosa. Hiatus semilunaris dari meatus media merupakan muara sinus frontalis, etmoidalis anterior dan sinus maksilaris. Sel-sel sinus etmoidalis posterior bermuara pada resesus spenoetmoidali. Ujung-ujung saraf olfaktoriusmenempati daerah kecil pada bagian medial dan lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung.(1,2)

HISTOPATOLOGI HIDUNG
MUKOSA PERNAFASAN HIDUNG
            Epitel organ pernafasan yang biasanya berupa epitel toraks bersilia, bertingkat palsu (pseudosrtartified), berbeda-beda pada berbagai hidung, tergantung pada tekanan dan aliran udara, demikian pula suhu dan derajat kelembaban udara. Jadi, mukosa pada ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui os internum masih dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa silis lanjutan epitel kulit vestibulum nasi. Sepanjang jalur utamaarus inspirasiepitel menjadi toraks, silis pendek dan agak irreguler. Sel-sel meatus media inferior terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang yang tersusun rapi. Sinus mengandung epitel kubus dan silia yang panjang dan jaraknya antaranya. Kekuatan aliran udara yang melewati berbagai lokasi juga mempengaruhi ketebalan lamina propria dan jumlah kelenjar mukosa. Lamina propria tipis pada daerah di mana aliran udara lambat atau lemah, namun tebal di daerah aliran udara yang kuat. Jumlah kelenjar penghasil sekret dan sel goblet, yaitu sumber dari lapisan mukus, sebanding dengan ketebalan lamina propria. Lapisan mukus yang sangat kental dan lengket menangkap debu, benda asing, dan bakteri yang terhirup dan melalui kerja silia benda-benda ini diangkut ke faring, selanjutnya di telan dan dihancurkan oleh lambung. Losozim dan imunoglobulin A (IgA) ditemukan pula dalam lapisan mukus, dan melindungi lebih lanjut terhadap patogen. Lapisan mukus hidung diperbaharui tiga sampai empat kali dalam satu jam. Silia struktur terkecil mirip rambut gerak secera cepat kearah aliran lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak dengan lebih lambat. Kecepatan pukulan silia kira-kira 700 – 1000 siklus per menit.(1,2)

SILIA
            Silia yang panjangnya sekitar 5-7 mikron terletak pada lamina akhir sel-sel permukaan epitelium dn jumlahnya sekitar 100 permikron persegi, atau sekitar 250 per sel pada saluran nafas atas. Silia bekerja hampir otomatis. Misalnya sel dapat saja terbelah menjadi pecahan-pecahan kecil tanpa menghentikan gerakan silia. Suatu silia tunggal akan terus bergerak selama bagian kecil sitoplasma yang menyelubungi korpus basalis silia tetap melekat padanya. Semua silia pada suatu daerah epitel dikoordinasikan dengan cara mengagumkan. Masing-masing silia pada saat melecut,bergerak secara metakronis dengan silia yang disekitarnya. Bila lecutan silia diamati, maka lajur silia akan membengkok serentak dan baris silia membengkok berurutan. Lecutan tersebut tidak hanya terkoordinasi menurut waktu, tetapi juga menurut arahnya pada jutaan epitel dalm sinus, yang merupakan faktor penting dalam mengangkat mukus ke nasofaring.(1,2)

AREA OLFAKTORIUS
            Variasi antar individu yang besar mencirikan struktur regio penghidu, perbedaan ini dapat menyangkut ketebalan mukosa (biasanya sekitar 60 mikron), ukuran sel, dan vesikel olfaktorius. Perbatasan regio penghidu dengan pernafasan umumnya berbatas tegas meskipun tidak teratur.(1,2)
            Pada manusia, epitel penghidu bertingkat toraks terdiri dari tiga jenis:
·         Sel saraf bipolar olfaktorius.
·         Sel sustentakuler penyokong yang besar jumlahnya.
·         Sejumlah sel basal yang kecil, merupakan sel induk dari sel sustentakuler.(1,2)

SUPLAI DARAH
            Cabang sfenopalatina dan arteri maksila interna menyuplai konka, meatus dan septum. Cabang etmoidalis anterior dan posterior dari arteri oftalmika menyuplai sinus frontalis dan etmoidalis serta atap hidung. Vena-vena membentuk suatu pleksus kavernosus yang rapat di bawah membran mukosa. Pleksus ini terlihat nyata di atas konka media dan inferior, serta bagian septum di mana ia membentuk jaringan erektil. Drainase vena terutama melalui vena oftalmika, fasialis anterior dan sfenopalatina.(1,2)

SISTEM LIMFATIK
      Sistem limfatik hidung sangat kaya dimana terdapat jaringan pembuluh anterior dan posterior. Jaringan limfatik anterior adalah kedil dan bermuara di sepanjang pembuluh fasialis dan menuju leher. Jaringan ini mengurus hampir seluruh bangian anterior hidung, vestibulum dan daerah prekonka. Jaringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung, menggabungkan ketiga saluran utama di daerah hidung belakang saluran superior, media, dan inferior. Kelompok superior berasal dari konka media dan superior, dan bagian dinding hidung yang berkaitan, berjalan diatas tuba eustakius, mengurus konka inferior, meatus inferior, sebagian dasar hidung dan menuju kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis interna.(1,2)

SUPLAI SARAF
      Pada suplai saraf yang terlibat langsung adalh saraf kranial pertama untuk penghiduan, divisi oftalmikus dan maksilaris dari saraf trigeminusuntuk impuls aferen sensorik lainnya, saraf fasialis untuk gerakan otot-otot pernafasan pada hidung luar dan sistem saraf otonom yang melalui ganglion sfenopalatina, yang mengontrol diameter vena dan arteri hidung dan juga produksi mukus, dengan demikian dapat mengubah pengaturan hantaran, suhu, dan kelembaban aliran udara.(1,2)

FISIOLOGI HIDUNG
JALAN NAFAS
            Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior lalu naik setinggi konka media dan kemudian turun kebawah kearah nasofaring sehingga aliran udara ini membentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi, di bagian depan aliran udara memecah. Sebagian akan melalui nares anterior dan sebagian lagi akan kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran nasofaring.(1)

PENGATUR KONDISI UDARA ( AIR CONDITIONING)
            Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir (mucos blanket). Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan sebaliknya.(1,2)
            Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, seningga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37 oC

PENYARING DAN PELINDUNG
            Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh rambut pada vestibulum nasi, silia dan palut lendir. Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan pertikel-pertikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. Faktor lainnya adalah enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri yang disebut lysozyme.(2)


INDRA PENGHIDUAN
            Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. Menurut teori kimia, partikel-partikel zat yang berbau disebarkan secara difus lewat udara dan energi yang serupa dengan tempaan ringan pada ujung saraf olfaktorius. Tanpa memandang mekanismenya, indra penghidu cepat menghilang.(1,2)

RESONANSI BICARA
            Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika bicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).(2)

PROSES BICARA
            Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal menyebabkan rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.(2)

REFLEKS NASAL
            Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.(2)
           


BAB III
DEVIASI SEPTUM
DEFINISI
            Septum nasi (hidung) adalah dinding vertikal yang membagi rongga hidung menjadi dua rongga hidung.(3)
            Deviasi septum adalah kelainan bentuk septum nasi akibat trauma dan pertumbuhan tulang rawan yang tidak seimbang sehingga melibatkan perpindahan dari septum hidung.(2,3,4,5,6,9,10)

ETIOLOGI
      Penyebab paling sering adalah trauma. Trauma dapat terjadi sesudah lahir, pada waktu partus atau bahkan pada masa janin intrauterine. Ketidakseimbangan pertumbuhan menyebabka tulang rawan septum nasi terus tumbuh meskipun batas superior dan inferior telah menetap. Trauma dapat juga berupa pukulan ke wajah.Dengan demikian terjadilah deviasi septum.(1,2,3,4,5,8,9,10)


INSIDEN
            Obstruksi nasal adalah masalah yang sering dijumpai. Pada tahun 1974, Vainio-Mattila menemukan 33% insiden dari obstruksi jalan nafas hidung diantara sample dewasa acak. Deviasi septum ditemukan lebih sering ditemukan berupa malformasi struktural yang menyebabkan obstruksi hidung. Pada klinis ditemukannya 26% untuk kasus deviasi septum.(10)

BENTUK DEFORMITAS
            Bentuk deformitas septum adalah;
1.      Deviasi, biacanya berbentuk huruf C atau S
2.      Dislokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksila dan masuk kedalam rongga hidung.
3.      Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut krista dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina
4.      Bila deviasi dan krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya disebut sinekia.
Bentuk ini akan menambah beratnya obstruksi.(2,10)

GEJALA KLINIK
      Keluhan yang paling sering pada deviasi septum adalah sumbatan hidung. Sumbatan bisa unilateral, dapat pula bilateral, sebab pada sisi deviasi terdapat konka hipotrofi, sedangkan pada sisi  sebelahnya terjadi konka yang hipertrofi, sebagai akibat mekanisme kompensasi.(2,4,7,10)
            Keluhan lainnya dapat dari beberapa gejala berikut:
a)      Rasa nyeri di kepala dan di sekitar mata.
b)      Penciuman terganggu (apabila terdapat deviasi pada bagian atas septum).
c)      Sinusitis (apabila deviasi septum menyumbat ostium sinus)
d)     Perdarahan hidung berulang.
e)      Mendengkur ketika tidur (pada bayi dan anak-anak)
(2,4,7,8,9,10)

DIAGNOSA
      Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.(4)

TERAPI
Apabila gejala tidak ada atau keluhan sangat ringan tidak diperlukan dilakukan tindakan koreksi septum. Ada dua jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.(2,3,4,5,6,8,9,10)

a)      RESEKSI SUBMUKOSA (SUBMUCOUS SEPTUM RESECTION SMR)
Pada operasi ini mukosa perikondium dan mukoperiostium kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rwan dari septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperistium sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah.
Reseksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadinya hidung pelana (saddle nose) akibat turunya puncak hidung, oleh karena bagian atas tulang rawan septum terlalu banyak diangkat.(2,3,6,10)

b)     SEPTOPLASTI ATAU REPOSISI SEPTUM
Pada operasi ini, tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Dengan cara operasi ini dapat dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada operasi reseksi mukosa, seperti terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.(2,3,4,5,7,8,10)

PROGNOSIS
      Prognosis pada pasien deviasi septum setelah menjalani operasi cukup baik dan menghindari terjadinya trauma.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Adam L. George, Boies R. Lawrance, Higler A. Peter, Boies Buku Ajar Penyakit THT, Penerbit EGC Jakarta, hal: 173 -235
2.      Soepardi Arsyad E, Iskandar Nurbaiti, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher, Penerbit FK UI Jakarta, 2001, Hal: 88 – 89
3.      Otolaryngology Houston, What is the nasal septum, available from : http://www.ghorayeb.com/SeptumSurgery.html#anchor_12
4.      Deviasi  Septum,  available from :
5.      Nasal Septum Deviasi, available from : http://www.wikipedia.com
6.      Ballenger Jacob John, Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, hal: 99 – 111
7.      Deviasi Septum, available from: http://indonesiaindonesia.com/f/13242-deviasi-septum/
8.      Santos, Septoplasty, available from : http://www.facialbeauty.com last update 2008
9.      Septum Deviasi, available from: http://www.emedicine.com last update 2009
10.  Septum Deviasi, available from: http://hennykartika.wordpress.com/?s=septum+deviasi



Minggu, 08 April 2012

KISTA TRIKILEMAL/KISTA PILARIS/KISTA SEBASEUS


                                       
    KISTA TRIKILEMAL    
Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin  RSU Dr. PIRNGADI MEDAN





Disusun Oleh :
Rahayu Suci Lestari
0610070100027




Pembimbing :
dr.Irwan Fahri Rangkuti, SpKK


                                                                                                         

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSU dr. Pirngadi Medan
Universitas Baiturrahmah
2012

                                                                                                        




 KISTA TRIKILEMAL

PENDAHULUAN
            Kista trikilemal merupakan suatu kista yang berisi keratin, tersusun oleh suatu epitel yang menyerupai selubung luar akar rambut, dapat diturunkan secara autosomal dominan.(1,2,3)
            Kista trikilemal biasanya tampak pada usia pertengahan dimana wanita lebih sering daripada pria. Biasanya terjadi pada kulit kepala dan dapat terjadi pada daerah yang mengandung kelenjar sebasea dan secara klinis sulit dibedakan dengan kista epidermal. Pengobatan pada kista trikilemal tidak diperlukn kecuali bila menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi.(1,2,3,4)
           
DEFINISI
            Kista trikilemal merupakan suatu kista yang berisi keratin, tersusun oleh suatu epitel yang menyerupai selubung luar akar rambut, dapat diturunkan secara autosomal dominan.(1,2,3)
               
SINONIM
            Kista pilaris, Kista sebaseus.(1,3)

EPIDEMIOLOGI
            Biasanya tampak pada usia pertengahan. Wanita lebih sering terkena daripada pria.(1)

ETIOLOGI
            Dinding kista berasal dari selubung luar akar rambut yang mengelilingi bagian bawah folikel rambut.(1,4)

MANIFESTASI KLINIS
            Biasanya terjadi pada kulit kepala. Secara klinis sulit dibedakan dengan kista epidermal, tetapi kista ini lebih mudah dienukleasi dan isinya lebih keratinosa dan tidak bergitu berlemak, serta kurang berbau dibandingkan isi kista epidermis.(1,3,5,6)
            Kista trikilemal ditemukan didaerah yang mengandung kelenjar sebasea. Kadang terdapat multipel dalam berbagai ukuran seperti yang ditemukan di kepala atau di skrotum. Kista ini tidak pernah dijumpai di telapak tangan atau kaki.(2,4,5,6)

HISTOPATOLOGI
            Tampak dinding kista dibatasi beberapa lapis sel epidermis yang berbentuk kuboid yang tersusun palisade tanpa stratum granulosum dan jembatan interseluler. Sel epitel yang berbatasan dengan isi kista membengkak dan berisi sitoplasma yang berwarna pucat. Isi kista berupa material eosinofilik yang homogen atau bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.(1,2)
            Produksi kelenjar sebasea yaitu sebum, tertimbun membentuk benjolan yang kurang lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada dermis diatasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungta (titik).(2)
           
DIAGNOSIS BANDING
1.      Kista epidermal
2.      Silindroma
3.      Lipoma (1)

PENatalaksanaan
            Terapi untuk kista trikilemal sama dengan kista epidermal. Pada umumnya tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi. Bila bagian dinding tertinggal dapat kambuh.(1,2,4,5,6)

PROGNOSIS
            Baik, jarang mengalami transformasi maligna.(1)




LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki, umur 18 tahun, suku jawa, agama Islam, datang berobat ke Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPM pada tanggal 30 maret 2012 dengan keluhan utama bintil-bintil putih pada kedua lengan, dada dan selangkangan sejak 6 tahun yang lalu dan menyebar ± 3 tahun ini. Pada awalnya bintil-bintil putih timbul pada selangkangan yang tidak disertai rasa gatal dan lama kelamaan bintil-bintil makin menyebar ke bagian bokong, dada dan lengan. Os sudah pernah berobat tetapi tidak ada perobahan, maka OS memutuskan berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUPM. Riwayat penyakit Os terdahulu tidak dijumpai. Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai. Riwayat pemakaian obat vitamin, tetapi Os lupa nama obatnya.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan inspeksi ditemukan papul hipopigmentasi dan nodul hipopigmentasi yang menyebar pada regio cubiti anterior dextra et sinistra, regio thorak, regio trochanterica, regio femoris lateralis dan regio axillaris.
           
Diagnosa banding pada pasien ini adalah kista epidermal, silindroma dan lipoma.
           
Penatalaksanaan pada paien ini secara umum tidak diperlukan begitu juga dengan penatalaksanaan secara khusus karena tidak terdapat gangguan secara klinis. Bila menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi.



DISKUSI

            Diagnosa kista trikilemal atau kista sebaseus ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa dikeluhkan bintil-bintil berwarna putih pada kedua lengan, dada dan selangkangan yang tidak menimbulkan gangguan. Hal ini sesuai dengan keperpustakaan yang menjelaskan bahwa kista trikilemal berisi bubur eksudat yang berwarna putih abu-abu, sel epitel yang berbatasan dengan isi kista membengkak dan berisi sitoplasma yang berwarna pucat dan tidak memnimbulkan gangguan secara klinis.
            Lokalisasi menurut keperpustakaan menyatakan bahwa daerah yang juga dapat terkena adalah di daerah yang mengandung kelenjar sebasea. Pada pasien ini dijumpai pada regio cubiti anterior dextra et sinistra, regio thorak, regia trochanterica, regio femoralis lateralis dan regio axillaris.
            Pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum status gizi pasien baik. Pemeriksaan inspeksi ditemukan ruam papul hipopigmentasi dan nodus hipopigmentasi yang menyebar, sesuai dengan keperpustakaan yang menyatakan kista trikilemal kadang dapat multipel dalm berbagai ukuran.
            Diagnosis banding kasus ini adalah kista epidermal, silindroma dan lipoma. Diagnosa sementara pada pasien ini adalah kista trikilemal atau kista sebaseus.
            Penatalaksanaan menurut keperpustakaan menyatakan pada kista trikilemal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi.







Senin, 02 April 2012

PIEDRA


PIEDRA
Disusun Oleh :
Rahayu Suci Lestari




Pembimbing :
dr.Isma Aprita Lubis, SpKK


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSU dr. Pirngadi Medan
Universitas Baiturrahmah
2012






PIEDRA

PENDAHULUAN
Piedra merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Piedraia Hortai dan Trichosporon Beigelii. Piedra merupakan salah satu bentuk dari Mikosis Superfisialis Nondermatofitosis dan penyakit ini biasanya banyak ditemukan didaerah topis.(1,2,3,4,5)
Piedra terjadi karena Infeksi yang disebabkan rambut kontak dengan spora penyebab yaitu Piedraia Hortai (piedra hitam) dan Trichosporon Beigelii (piedra putih). Infeksi juga dapat terjadi apabila kontak langsung dengan orang yang sudah terkena infeksi.(3,4)
Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan keluhan pada keluhan. Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang , dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan terasa kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir terdengar suara metal (klik). (1,4)
Pada pemeriksaan penunjang langsung dengan larutan KOH 10 % pada rambut yang sakit dan telah dipotong. Benjolan yang disebabkan Piedraia Hortai berukuran bermacam-macam dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan berwarna tengguli hitam ini terdiri atas hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus-askus. Benjolan yang disebabkan Trichosporon Beigelii tidak begitu terpisah satu dengan yang lain. Anyaman hifa terlihat mengelilingi rambut sebagai selubung dan padat, tidak berwarna, atau berwarna putih kekuningan. Benjolan lebih mudah dilepas dari rambut dan berwarna kehijau-hijauan yang transparan. (1,2,3,4)
Diagnosa piedra berdasarkan atas gambaran klinis dan didukung oleh pemeriksaan sediaan langsung dan biakan. Penatalaksanaan pada piedra dapat memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari.(1,2,3,4)
Prognosis pada piedra baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan dan menjaga kebersihan diri.

DEFINISI
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau Trichosporan beigelii (white piedra). (1,2,3,4,5)

SINONIM
Black piedra, white piedra, tinea nodusa, piedra nostros, trikomikosis nodularis, trikomikosis nodosa, chiqnon disease, beigel disease. (1,2)

EPIDEMIOLOGI
Piedra ditemukan didaerah tropis, daerah lembab dan panas, Amerika Selatan, Amerika Tengah, pantai barat Amerika, Asia timur, Afrika dan Asia tenggara. Kasus pada laki-laki lebih sering daripada wanita, tetapi di Brazilia pada laki-laki dan wanita tidak berbeda, berhubungan dengan kultur, sosial budaya setempat.(2,3,4)
Piedra hitam hanya ditemukan di daerah tropis tertentu, merupakan penyakit endemis ditempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra putih lebih jarang ditemukan, terdapat didaerah beriklim sedang dan sesekali ditemukan didaerah tropis.(1,4)

ETIOPATOGENESIS
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora penyebab yaitu Piedraia Hortai (piedra hitam) dan Trichosporon Beigelii (piedra putih). Infeksi juga dapat terjadi apabila kontak langsung dengan orang yang sudah terkena infeksi.(3,4)
Piedra Hitam hanya menyerang rambut kepala dan jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut (shaft) dan membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih biasanya menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut dan diperkirakan Trichosporon beigelii hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak. (1)

GEJALA DAN TANDA
Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan keluhan pada keluhan. Krusta melekat erat sekali pada rambut yang terserang , dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan terasa kasar bila rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisir terdengar suara metal (klik). (1,4)
a.      Piedra Hitam
Piedra hitam merupakan infeksi asimtomatik. Pada batang rambut teraba kasar, granular, terdapat nodul fusiform ukuran kecil, mikron sampai beberapa mm, pada satu ujung menipis dan ujung lain menebal. Nodul bisa tunggal atau multipel, berwarna hitam. Nodul melekat erat pada batang rambut dan sukar dilepas. Pertumbuhan rambut terganggu dan mudah patah bila disisir. Bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam.(2,3,4,5)
b.      Pedra Putih
Nodul pada rambut lebih halus, lebih lunak, musilagenosa, warna putih kuning sampai coklat muda. Nodul menebal pada bagian tengah, melingkari batang rambut, tunggal atau multipel,mudah dilepas dari batang rambut. Lokalisasi nodul kebanyakan pada rambut jenggot (dagu), dada, pubis, dan aksila dan tidak memberikan keluhan.(2,3,4,5)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10 %, rambut yang sakit dan telah dipotong terlihat sebagai berikut:
a.      Piedra Hitam
Benjolan yang disebabkan Piedraia Hortai berukuran bermacam-macam dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan berwarna tengguli hitam ini terdiri atas hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus-askus.(1,4)
Benjolan dipotong melintang, maka tampak pada bagian yang tipis terdapat selapis pertumbuhan jamur, sedang pada bagian yang tebal tampak berlapis-lapis pertumbuhan jamur, bercampur masa semen melekat erat pada batang rambut. Jamur tidak penetrasi sampai korteks, juga tidak mengenai folikel rambut. Elemen jamur pada bagian tipis tampak artrospora, sedang pada bagian tebal nampak askus-askus di tepi dengan spora bentuk fusiform. Tiap askus ada 4-8 spora, sehingga tampak seperti sisir pisang.(1,2,3,4)
Kultur rambut media Sabauroud yang mengandung antibiotika dan sikloheksimid, tumbuh pada suhu kamar setelah 1-3 minggu. Tampak koloni yang awalnya tumbuh sebagai koloni ragi yang berwarna kuning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.(2,3)
b.      Piedra Putih
Benjolan yang disebabkan Trichosporon Beigelii tidak begitu terpisah satu dengan yang lain. Anyaman hifa terlihat mengelilingi rambut sebagai selubung dan padat, tidak berwarna, atau berwarna putih kekuningan. Benjolan lebih mudah dilepas dari rambut dan berwarna kehijau-hijauan yang transparan. Bentuk invasif lokal atau diseminata pada T.beigelii dijumpai pada kasus HIV positif, leukemia, aplasi sumsum tulang, transplantasi ginjal, keadaan immunosupresif lain.(1,2,3)

DIAGNOSA
Diagnosa piedra berdasarkan atas gambaran klinis dan didukung oleh pemeriksaan sediaan langsung dan biakan.(1,2,3,4)
  
PENATALAKSANAAN
Memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari (biasanya hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu), topikal dengan asam benzoat, sulosio perchlorida 1:200 atau sampo ketokenazol. Obat anti jamur konvensial dan yang baru pun berguna. Untuk laki-laki dapat dilakukan pencukuran.(1,2,3,4)

PROGNOSIS
Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan dan menjaga kebersihan diri.


Daftar Pustaka
1    1. Djuanda, A. Piedra ; dalam Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin Edisi IV, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta , 2005; hal ;101-102.
2    2.Budimulja, Unandar. Piedra : dalam Dermatomikosis Superfisialis,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2001, hal ; 84-86.
3    3.Siregar, R.S. Piedra; dalam Penyakit Jamur Kulit; edisi ke-2. Jakarta; EGC. Hal; 12-13.
4    4.Gandahusada, Srisasi. Piedra ; dalam Parasitologi Kedokteran, Edisi ketiga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2006 ; hal ; 284-286.
5    5.Jawetz,Melnick,Edward. Piedra ; dalam Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20,EGC. Hal;612.














    









Love Myspace Comments
MyNiceProfile.com